Mengintip Pameran Fotografi dan Seminar Shutter Shot “Realita Irama”

 
Sumber: Dokumentasi Pribadi Reporter Beranda Pers

Beranda Pers – Pameran fotografi "Shutter Shot" angkatan ke-13 tahun ini kembali hadir dengan tema yang menarik dan unik. Dipimpin oleh Ketua Pelaksana Dipta Raka Kurniawan, acara yang digelar di Bogor Creative Center pada 26–27 Oktober 2024 pukul 09.00–16.20 Waktu Indonesia Barat (WIB) ini menampilkan berbagai kegiatan menarik, termasuk pameran fotografi dan seminar dengan pemateri berpengalaman, Anto Resi Hendrarto.

Pada pameran kali ini, tema "Realita Irama" dipilih dengan tujuan menghadirkan irama musik dalam bentuk visual. Musik dipandang sebagai sesuatu yang sangat populer di kalangan masyarakat. “Karena sekarang musik lagi hype banget ya, lagi banyak banget orang ngedengerin dan gampang juga diakses, dan juga biar orang tuh ngga cuma ngedengerin musik dari audio doang tapi kita berusaha ngegambarin musik tersebut jadi bisa dinikmati dari audio dan juga visual,” ungkap Dipta

Pameran ini menampilkan 35 karya yang dihasilkan oleh 11 pameris, semuanya anggota baru Shutter Shot angkatan ke-13. Karya-karya tersebut terbagi ke dalam dua ruangan yang menyajikan emosi berbeda. “Di bagian ruangan pertama itu foto-foto yang mungkin agak gelap ya, pertama ada foto kehilangan, terus kegundahan hati dan di ruangan kedua ini mulai transisi ke yang lebih bahagia, menemukan jati dirinya kembali dan menemukan pasangan hidupnya,” lanjut Dipta. Setiap pameris setidaknya menuangkan minimal tiga karya foto dan jumlahnya bisa lebih, tergantung pada pembawaan cerita yang ingin disampaikan.

Selain pameran, Shutter Shot juga mengadakan seminar yang dimulai pukul 13.00–14.30 WIB. Seminar ini membahas teknik dasar dalam fotografi jurnalisme dengan pemateri Anto Resi Hendrarto, seorang fotografer berpengalaman sejak tahun 1990. Seminar ini menawarkan tips dan trik bagaimana menghasilkan foto dokumentasi yang layak tayang. “Materi ini mulai dari sekilas sejarah fotografi sama terkait kehadiran dunia smartphone, kemudian baru dari situ berangkat ke kesalahan-kesalahan yang sering terjadi di awal-awal fotografer dokumentasi. Nah dari situ tadi kita berangkatkan ke gimana nih tips-tipsnya supaya menghasilkan dokumentasi yang proper dan aman untuk di-publish. Saya mengkategorikannya dengan aman, aman untuk ditayangkan, aman untuk secara teknik gambarnya, dan lain-lainnya aman,” ujar Anto

Anto mengungkapkan bahwa smartphone kini menjadi alat yang sangat membantu para fotografer profesional, terutama untuk mengambil gambar di tempat-tempat yang sulit atau membutuhkan izin khusus. Meskipun begitu, ia juga mengakui adanya tantangan baru bagi fotografer profesional, salah satunya adalah semakin maraknya orang yang menggunakan smartphone untuk mengambil foto di acara-acara penting, yang terkadang menghalangi fotografer utama.

Rindu Regita, salah satu audiens yang menghadiri seminar, merasa bahwa materi yang dibawakan oleh Anto sangat bermanfaat. “Mungkin kalau dari orang yang ngga familiar sama fotografi, ini tuh sangat membantu, terus karena kan kita juga gatau ya gimana caranya foto yang baik dan gimana kita bisa mengambil angle buat foto,” ujarnya.

Rindu juga mengapresiasi terutama bagi orang yang baru terjun ke dunia fotografi. Menurutnya, pengalaman dan studi kasus yang disampaikan oleh Anto memberi panduan nyata tentang tantangan di lapangan dan pentingnya persiapan yang matang sebagai seorang fotografer. Selain itu, Rindu juga tertarik dengan beberapa karya di pameran, terutama foto-foto yang mengangkat tema isu-isu sosial seperti standar penampilan dalam karir dan cinta.

Dipta sebagai ketua pelaksana berharap bahwa pameran dan seminar ini berjalan lancar. “Harapan saya untuk acara ini semoga lancar sampai akhir dan semoga para penonton juga menikmati karya-karya kami,” ucapnya.

Pameran ini telah menarik minat dari berbagai kalangan dengan target harian 100 pengunjung untuk pameran dan 60 peserta untuk seminar. Meski demikian, persiapan acara ini bukan tanpa tantangan, terutama ketika jadwal kuliah para panitia mulai padat sejak bulan September.

Melalui tema “Realita Irama”, Shutter Shot berusaha memberikan pengalaman yang lebih mendalam tentang bagaimana musik dapat diinterpretasikan secara visual. Harapannya, pameran ini dapat memberikan apresiasi lebih kepada seni fotografi di kalangan masyarakat, serta menjadi wadah bagi para pameris muda untuk mengasah kreativitas mereka.


Peliput: Tria Ananda,Mochamad Alwi/Penulis: Salma Mutiara Ramdhani

Editor: Dean Alfrid



Posting Komentar

0 Komentar