Pada
Sabtu, 11 Maret 2023 Gunung Merapi yang berada di perbatasan wilayah Provinsi
Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali bererupsi.
Erupsi Gunung Merapi menyebabkan
awan panas guguran meluncur ke arah Kali Bebeng atau Kali Krasak.
Sementara abu vulkanik
dari awan panas guguran yang biasa disebut wedus gembel ini tertiup angin
mengarah ke barat laut dan utara Gunung Merapi. Akibatnya, sejumlah wilayah di
Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mengalami hujan abu
vulkanik. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan
Geologi (BPPTKG) melaporkan, selama periode pengamatan Sabtu, 11 Maret 2023
pukul 12.00-18.00 WIB telah terjadi 29 kali luncuran awan panas guguran ke arah
barat dengan jarak luncur maksimal 4 kilometer. Rentetan erupsi Gunung Merapi
ini terjadi akibat longsoran kubah lava barat daya.
Kepala
BPPTKG Agus Budi Santoso menjelaskan saat terjadi erupsi pukul 12.12 WIB, APG
(awan panas guguran) terekam di seismograf dengan amplitudo antara 25-70 mm dan
durasi 128-458 detik dengan jarak luncur terjauh 4 km ke arah barat daya
(Sungai Bebeng dan Krasak). Atas hal ini, BPPTKG mengimbau masyarakat yang
berada dalam radius 7 km dari puncak Gunung Merapi di alur Kali
Bebeng dan Krasak untuk segera menjauh.
Sementara
pada Selasa, 14 Maret 2023 pada periode pengamatan pukul 00.00-06.00 WIB, tercatat ada
dua kali awan panas guguran yang terjadi yakni pukul 05.50 WIB dengan jarak
luncur 2.000 meter ke arah Kali Krasak dan pukul 05.59 WIB dengan jarak luncur
1.600 meter ke arah Kali Krasak.
Menurut
data terkini dari BPBD Jawa Tengah, tercatat ada 5 kabupaten/kota di Jawa
Tengah yang terdampak hujan abu vulkanik imbas erupsi Gunung Merapi, seperti
Kabupaten Magelang, Magelang, Temanggung, dan Boyolali.
Terjadinya
erupsi Gunung Merapi membuat objek wisata disekitar lereng Gunung Merapi di
Kabupaten Sleman, DIY, ditutup. Sementara untuk aktivitas penerbangan di dua
bandara di Jogja, Yogyakarta International Airport (YIA) dan Bandara
Adisutjipto, tidak terdampak erupsi Merapi. General Manager YIA, Agus Pandu
Purnama memastikan penerbangan aman.
Letusan
Gunung Merapi yang terletak di Sleman, Magelang, Boyolali, dan Klaten ini
memang kerap terjadi, baik letusan kecil sampai besar. Gunung Merapi pernah
mengalami letusan dari tahun ke tahun, diantaranya:
1. Tahun
1930
Catatan
sejarah menunjukkan Gunung Merapi pernah meletus sangat dahsyat ditahun 1930.
Letusan kala itu disebut sebut menjadi yang terbesar pada masanya. Total korban
tewas akibat peristiwa tersebut setidaknya 1369 orang.
Selain menewaskan ribuan korban jiwa,
berhektar-hektar lahan pertanian dan rumah penduduk juga luluh lantah akibat
amukan Merapi. Tidak hanya itu, ribuan hewan ternak milik warga juga mati
akibat semburan awan panas Merapi.
2. Tahun 1954
Sempat tenang selama belasan tahun, erupsi gunung
tersebut kembali terjadi di tahun 1954. Gunung yang dulu dijaga oleh almarhum
Mbah Maridjan ini kembali 'beraksi' dan menelan sekitar 60 korban jiwa. Tidak
hanya korban jiwa, letusan gunung yang menjadi salah satu titik kosmik
masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta ini juga mengakibatkan sejumlah rumah warga
rusak dan ternak warga mati.
3. Tahun 1961
Letusan Gunung Merapi pada tahun 1961 disebut
menjadi salah satu yang cukup parah. Sebab karena letusan itu, Kabupaten Sleman
dan sekitarnya gelap gulita akibat terkena hujan abu yang cukup besar. Material
letusan menuju arah selatan, arah luncuran awan panas menuju Kali Batang dan
Kali Bebeng. Beberapa kali diakui warga ada suara gemuruh, banyak warga
kemudian mengungsi ke tempat yang aman untuk menghindari kejadian tak
diinginkan
4. Tahun 2006
Kondisi Gunung Merapi kembali memburuk pada awal
dekade 2000-an, tepatnya di tahun 2006. Kala itu awan panas dari Gunung Merapi
meluncur 950 meter ke arah hulu Kali Gendol. Selain itu juga tercatat jarak
luncur guguran 1,2 km ke arah yang sama.
Akibatnya, objek wisata Kaliadem yang letaknya
tak jauh dari lereng Merapi porak-poranda. Tidak hanya itu, erupsi yang terjadi
di tahun 2006 ini juga menelan korban jiwa 2 Tim SAR yang tengah bersembunyi di
bunker Kaliadem.
5. Tahun 2010
Empat tahun berselang, status awas kembali
ditetapkan pada gunung tersebut. Sehari setelahnya, gunung setinggi 2.930 mdpl
ini meletus dan disebut menjadi yang terbesar dalam 100 tahun terakhir. Letusan
Gunung Merapi pada tahun 2010 menelan sekitar 337 korban meninggal dunia. Sang
juru kunci, Raden Ngabehi Surakso Hargo atau Mbah Maridjan yang tinggal dari
puncak Merapi juga menjadi salah satu korbannya.
6. Tahun 2021
Balai
Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat
gunung yang tak memiliki sumber mata air di sepanjang jalur pendakian ini
berstatus siaga. Beberapa kali gunung tersebut menyebabkan gempa vulkanik
hingga gempa tektonik. Tak hanya itu, ada pula potensi bahaya dari guguran lava
dan awan panas pada sektor selatan-barat daya, meliputi Sungai Boyong, Bedog,
Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh 5 km.
7. Tahun 2022
Gunung Merapi pernah mengalami erupsi yang
disertai awan panas guguran, yang terjadi dua kali sejak pagi. Berdasarkan catatan
petugas pos pemantauan Gunung Merapi, awan panas guguran pertama terjadi
pada pukul 09.05 WIB, dengan amplitudo 18 milimeter, berdurasi 135 detik.
Diperkirakan jarak luncur guguran awan panas kali ini sejauh satu
kilometer, mengarah ke hulu Sungai Boyong di Sleman. Sementara erupsi
kedua terjadi pada pukul 12.08 WIB, dengan amplitudo 23
milimeter, berdurasi 104 detik. Jarak luncur guguran awan panas kedua
juga diperkirakan sejauh satu kilometer, mengarah ke hulu Sungai Boyong.
Pada erupsi
Merapi terdapat potensi hujan abu akibat erupsi Gunung Merapi, selain potensi
tersebut petugas pos pemantauan Gunung Merapi juga meminta warga mewaspadai
bahaya banjir lahar dingin akibat hujan deras di kawasan Puncak Gunung Merapi.
Reporter:
- Virghita
Pragiwaka Gutama
- Bulan
Yuliandan Ruh Thaeban
Sumber
https://news.detik.com/berita/d-5358007/gunung-merapi-meletus-ini-rekap-kejadian-dan-sejarahnya.
0 Komentar